Tiada hari tanpa manfaat. Mungkin motto ini harus
bener-bener diterapkan ya, *mottonya siapa? saya? bukan ! :p
Yah, apapun lah, selama pernyataan itu bersifat
positif, gak ada salahnya dijalankan kan?
Seperti hari ini, Minggu 20-11-2011 (tanggalnya
keren ya), saya bersama teman-teman dari Himalogin berkesempatan untuk melakukan
kegiatan Turun Desa. Apa itu?
Turun desa adalah suatu kegiatan di mana para
mahasiswa turun langsung ke desa-desa untuk menyalurkan ilmu (apapun itu) yang
diperoleh dari dunia kampus dan dapat diaplikasikan serta dirasakan
kemanfaatannya oleh masyarakat desa. Hari ini, secara serentak sekitar 1500
mahasiswa dari departemen yang berbeda di IPB melakukan kegiatan yang sama, di
desa yang berbeda pula. Desa yang menjadi tujuan kami ialah desa Puraseda, di
kawasan Leuwiliang, Bogor.
Pada kesempatan ini, kami dari Himalogin (khususnya
departemen Pengabdian Masyarakat) mengangkat topik pelatihan pembuatan gula
semut dan minuman empon-empon instan. Maka berangkatlah kami beramai-ramai menggunakan
2 angkot dan beberapa sepeda motor dengan berbekal alat-alat seperti : kompor,
wajan, ayakan, nampan, dll. Perjalanan dimulai pukul 7.00. butuh waktu sekitar
2 jam untuk mencapai desa tersebut. Ditambah lagi akses ke desa yang cukup
sulit, membuat kami harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sambil
menenteng peralatan melewati pematang sawah, kali, tanah becek, dan rumah-rumah
warga, selama kurang lebih 30 menit. Lumanyan ! xD
look at this, |
Sesampainya di tempat yang dituju, kentara sekali
suasana pedesaan yang masih kental. Hamparan sawah hijau, suara gemericik air,
semilir angin berhembus, udara yang segar, alunan khas musik sunda, serta logat
masyarakat yang benar-benar ndeso (sunda banget !). Can you imagine that ?!
hmmm... |
Setelah berbasa-basi dengan bapak RW setempat dan
mengumpulkan peserta pelatihan dari warga sekitar, acara pun dimulai. Tepat
pukul 10.30. Peserta tampak cukup antusias pada apa yang disampaikan oleh
pemateri. Ketika pembuatan gula semut dan minuman berlangsung, tak sedikit
warga yang ikut mengerjakan tiap tahapan prosesnya. Hal ini menunjukkan bahwa
warga cukup mengapresiasi kegiatan ini dengan baik.
saat pelatihan |
Pukul 14.30, kegiatan pun kami akhiri. Warga yang
mengikuti pelatihan tampak cukup puas dengan apa yang telah mereka dapatkan.
Kami pun lega karena kegiatan ini berlangsung cukup baik, walaupun tetap saja
ada koreksi di sana sini (wajarlah, mahasiswa. Masih belajar.. hhe..). Setelah
merapikan peralatan, kami berpamitan kepada warga desa dan memulai perjalanan
untuk kembali pulang.
Dan sebenarnya, di sinilah cerita bermula.
….
Sedikit trauma dengan perjalanan sebelumnya yang
cukup jauh dan menghabiskan waktu lama, kami berinisiatif mengambil rute pendek
dengan menyeberangi kali dan melewati sawah. Namun, kondisi setelah hujan
membuat air kali naik dan alirannya cukup deras. Serem juga lah, kalo mesti
ngelewatin kalinya.. masalahnya, beberapa dari kami tetap ingin menempuh rute
pendek tersebut, dengan keyakinan gak bakal ada halangan berarti yang menanti
di depan sana (eeaaa….). hhaha.. tinggallah saya dan seorang temen kelas serta dua orang tetua yang biasa kami sapa kakak, yang ragu untuk
menyeberangi kali beraliran deras itu.
Berbekal keberanian, tanpa
pemandu, kami berempat bertekad keluar dari desa itu dengan cara yang lebih
aman. Lalalalala cukup panjang perjalanan yang harus kami tempuh. Hingga
akhirnya kami dipertemukan dengan seorang anggota rombongan yang bawa motor.
Syukurlah, artinya gak nyasar kan, hhahaha….. :D
gue tunggu di depan ya. Ikutin jalan aja terus" begitu katanya.
Maka kami terus berjalan, tak kenal lelah, demi
menemukan jalan keluar.
Tapi yang namanya capek, ya mau gimana lagi. Begitu
melihat pematang sawah di samping jalan, kami memutuskan untuk melalui sawah,
mengambil rute terpendek yang bisa kami tempuh. Tapi di situ asiknya ! malah
bisa jalan sambil foto-foto, dan saya punya satu foto keren di tengah sawah :
lumanyan, |
Sejauh itu perjalanan masih lancar. Tapi ternyata di
depan ada jembatan bambu yang menanti. CUMA JEMBATAN BAMBU ! tanpa tali atau
kayu yang bisa dipegangin di kiri kanannya. Keliatannya sih biasa aja ya, temen
saya yang awalnya rada takut, jadi bisa ngelewatin jembatan itu. Tapi saya ? Yang
awalnya ngeyakinin diri sendiri kalo bisa, malah jadi ciut setelah beberapa
langkah. Tiba-tiba kaki saya terasa kaku, gak bisa digerakin setelah menghayati
derasnya arus air di bawah jembatan itu. Bayangin aja, rasanya seolah-olah
angin yang berhembus bisa bikin tumbang dan nyemplung ke kali,
kebawa arus air yang gak tau ujungnya dimana. Dan saya stuck di tengah ! mau
mundur gak bisa.. maju gak berani. Pemuda macam apa itu? *bah.
Akhirnya, setelah melalui saat-saat galau, saya bisa
melewati jembatan dengan bantuan uluran tangan tetua yang udah nyebrang duluan.
eeaaa... |
dan tetap keren,
STAY COOL ! |
Makasi uluran tangannya kakaaaak….. kalo gak, gak tau deh gimana nasib saya sekarang, apa masih berdiri di tengah jembatan dengan kondisi kaki yang kaku,
badan menggigil, sambil menunggu air kali jadi kering biar aman diseberangi.
Ngenes.
Perjalanan pun dilanjutkan. Setelah tiba di gapura
desa, ternyata kami telah ditunggu oleh 4 ojek-ojekan (soalnya bukan ojek
beneran) untuk diantar ke tempat pemberhentian angkot. Malunyaaa… diojekin
sama praktikan sendiri. aduh maaaak… -____-“’ tapi mau gimana lagi,
kondisinya kepepet dan bakal ngerepotin kalo saya maksa jalan kaki sampe finish.
Haaaah.. akhirnya sampai juga di tempat
pemberhentian angkot. Di sana udah ada 2 angkot yang menunggu. Dan kami
berempat adalah rombongan yang datang PALING AKHIR, asik deh, ditunggu-tunggu…
hhhahaha… *devil, :p
Langsung saja kami memasuki angkot, dan bersiap
melalui perjalanan panjang, kembali ke Kampus Hijau, Institut Pertanian Bogor.
Udah? Gitu aja
endingnya? Hyaaaah…. Gue kiraaa…. -,-
Eits, belum closing
statement ya, (gayaaa…)
Intinya, yang saya dapet dari kegiatan ini, jadi
manusia yang bermanfaat itu rasanya luar biasa ! ada kebahagiaan tersendiri
kalo apa yang udah ditransfer ke orang lain ternyata bermanfaat bagi orang
tersebut. Yang gak kalah keren adalah, saya bersyukur bisa ngerasain
saat-saat jalan di pematang sawah, di jembatan (yang menurut saya serem), dan
yang lainnya lah, soalnya jarang-jarang bisa kaya’ begitu.. :D
Trus juga salut sama warga karena bisa bertahan dengan kondisi
desa yang aksesnya keluar minim dan sulit. Hm, semoga suatu saat nanti ada
solusinya ya… :)
1 komentar:
Ndeso ?
Jangan menghina, kamu baru jadi mahasiswa sudah tidak menunjukkan etikamu sebagai mahasiwa.
Perlu kamu tau ya, di Desa Puraseda itu keturunannya banyak yang memilih merantau dan ada yang kuliah di UGM dan IPB.
Kamu anak IPB juga kan ?
Kalo lulus kuliah jangan kerja di Bank ya, kerja sesuai jurusan kuliahmu, mampu kan ?
Posting Komentar
dikomen dulu bisa kali :D